Dosen FKM UMI – Unibos Edukasi Warga Maros Agar Tidak Buang Air Besar Sembarangan
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/open defecation) merupakan salah satu perilaku yang tidak sehat. Tinja yang dibuang sembarangan bisa mencemari air, tanah dan udara. Lingkungan yang tercemar oleh tinja menjadi tempat penularan penyakit infeksi seperti diare. Diare merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena angka kesakitan masih tinggi dan berpotensi menyebabkan kematian, terutama apabila penanganan penderitanya terlambat dilakukan. Oleh karena itu, apabila anak balita sering mengalami diare, maka pertumbuhannya tidak dapat berlangsung secara optimal.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2020 wilayah yang mempunyai kasus tertinggi diare pada balita di Sulawesi Selatan yakni Kota Makassar, Luwu Timur dan Kabupaten Maros. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, kasus diare yang ditemukan dan ditangani oleh 14 puskesmas se Kabupaten Maros pada tahun 2021 sebanyak 1629 orang, berjenis kelamin laki-laki sebanyak 817 orang dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 812 orang. Berdasarkan data tersebut, sejumlah Dosen melakukan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) di Desa Bonto Matinggi Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, 13 Agustus 2023 lalu.
Mereka adalah Dr. Nur ulmy Mahmud, SKM.,M.Kes, Ayu Puspitasari, SKM.,M.Kes dari dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia dan Indah Syamsuddin, SE., M.Ak., CPABC sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa.
Ketiganya melaksanakan Program Kemitraan Masyarakat dibawah naungan pendanaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Para dosen ini juga menurunkan tim pengabdi dan pemateri yang sesuai dengan bidang keahlian masing-masing untuk mengedukasi masyarakat Maros. “Tim pengabdi ini memberikan edukasi kepada masyarakat desa Bonto Matinggi mengenai dampak buang air besar sembarangan bagi Kesehatan, edukasi mengenai penyakit diare, asupan gizi, pertumbuhan bayi serta pengelolaan perencanaan pembuatan jamban dengan low budget.” ungkap Dr. Nur Ulmy, Jumat, (18/8).
“Alhamdulillah masyarakat di desa Bonto Matinggi sangat antusias mendengarkan penjelasan dari semua pemateri terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat terutama yang terkait dengan masalah buang air besar sembarangan, asuapan gizi pada bayi serta pertumbuhan bayi.” ucapnya. Dengan diadakannya kegiatan penyuluhan ini, ia berharap masyarakat yang tinggal di Desa Bonto Matinggi tidak lagi membuang air besar sembarangan sehingga angka kejadian penyakit diare semakin menurun. (*)